Kita terhenyak ketika seorang
anak kecil bertanya, "Apakah artinya
mati?" Kita memilih berdiam diri atau tidak membayangkan jikalau seseorang
yang kita kasihi meninggal. Kematian adalah musuh setiap orang di
mana-mana, apakah jawaban dari pertanyaan sukar tentang kematian? Apakah
kita akan
bertemu lagi dengan orang yang kita kasihi setelah meninggal?
1. MENGHADAPI KEMATIAN TANPA TAKUT
Kita
semua pada saat tertentu, mungkin langsung setelah seorang teman atau
kekasih meninggal, merasakan kekosongan di dalam diri kita, perasaan
kesepian yang menguasai kita, ketika kita melihat sekilas akhir sebuah
kehidupan.
Dalam hal yang sedemikian
penting, penuh dengan emosi, di manakah kita dapat mengenal kebenaran
tentang apa yang terjadi ketika kita mati? Untunglah, sebagian dari
misi Kristus di dunia adalah untuk "membebaskan mereka yang seumur
hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut"
(Ibrani 2:15). Dan di dalam Alkitab, Yesus menyatakan pesan-pesan yang
menghiburkan, dan jawaban yang jelas bagi semua pertanyaan kita tentang
kematian dan kehidupan masa depan.
2. BAGAIMANA TUHAN MENCIPTAKAN KITA
Untuk dapat memahami
dari Alkitab tentang kebenaran tentang kematian, marilah kita memulai
dari permulaan dan melihat bagaimana Pencipta kita menciptakan kita.
"Ketika itulah Tuhan Allah membentuk
manusia [adam, bahasa Ibrani] itu DARI DEBU TANAH [adamah, bahasa Ibrani]
dan menghembuskan NAFAS HIDUP ke dalam hidungnya; demikianlah manusia
itu menjadikan MAKHLUK YANG HIDUP." - Kejadian 2:7.
Pada
saat penciptaan, Tuhan Allah membentuk Adam dari "debu tanah".
Ia memiliki otak di dalam kepalanya yang siap untuk berpikir, darah
di dalam pembuluh yang siap mengalir. Kemudian Tuhan Allah menghembuskan
ke dalam hidungnya "nafas hidup", dan Adam menjadi "makhluk
yang hidup". Perhatikan baik-baik, Alkitab tidak mengatakan bahwa
Adam menerima jiwa, melainkan bahwa "manusia menjadi makhluk yang
hidup." Ketika Tuhan Allah menghembuskan nafas kehidupan kepada
Adam, kehidupan mulai mengalir dari Tuhan Allah. Gabungan antara tubuh
dan "nafas hidup" menjadikan Adam "makhluk yang hidup."
Maka kita dapat menuliskan persamaan manusia seperti berikut:
"Debu tanah"
+ "nafas hidup" = "Makhluk yang hidup."
Tubuh tanpa kehidupan
+ nafas dai Tuhan Allah = Makhluk yang hidup.
Kita masing-masing
memiliki tubuh dan pikiran untuk bernalar. Sepanjang kita masih terus
bernafas, kita adalah makhluk hidup, jiwa yang hidup.
3. APAKAH YANG TERJADI KETIKA SESEORANG MENINGGAL?
Ketika seseorang meninggal,
yang terjadi adalah kebalikan dari proses penciptaan yang dinyatakan
di dalam Kejadian 2:7.
"Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali
kepada Allah yang mengaruniakannya." - Pengkhotbah 12:7.
Alkitab sering menggunakan kata Ibrani untuk "nafas" dan "roh"
secara bergantian. Ketika seseorang mati, tubuhnya menjadi "debu"
dan "roh" ("nafas hidup") kembali kepada Tuhan Allah,
yang adalah sumbernya. Tetapi apakah yang terjadi dengan jiwa?
"Demi Aku yang hidup, demikianlah
firman TUHAN ALLAH... sungguh semua JIWA Aku punya... ORANG YANG BERBUAT
JAHAT, ITU YANG HARUS MATI." - Yehezkiel 18:3-4.
Jiwa mati! Jiwa tidak kekal, ia dapat musnah. Persamaan yang berasal
dari kitab Kejadian 2:7, ketika Tuhan menciptakan kita, adalah berkebalikan
dalam kematian.
"Debu tanah"
- "Nafas hidup" = Jiwa mati
Tubuh tanpa kehidupan - Nafas hidup dari Tuhan Allah = Makhluk yang
mati.
Kematian adalah berhentinya kehidupan. Tubuh menjadi debu, dan nafas,
atau roh, kembali kepada Tuhan Allah. Kita adalah jiwa yang hidup di dalam
kehidupan, tetapi di dalam kematian kita hanyalah mayat, jiwa yang mati,
makhluk yang mati. Maka orang mati itu tidak sadar. Ketika Tuhan Allah
mengambil kembali nafas kehidupan yang diberikanNya kepada kita, jiwa kita
mati. Akan tetapi kita akan lihat di dalam pelajaran ini, ada harapan di
dalam Kristus.
4. SEBERAPA
BANYAK ORANG MATI MENGETAHUI?
Setelah kematian, otak kita tidak berfungsi, tidak dapat mengetahui
atau mengingat sesuatu. Semua perasaan manusia berhenti pada saat kematian.
"Baik kasih mereka, maupun kebencian
dan kecemburuan mereka sudah lama hilang..." - Pengkhotbah 9:6.
Orang mati tidak memiliki kesadaran, maka mereka tidak mengetahui apapun
yang terjadi. Mereka sama sekali tidak memiliki hubungan dengan orang
yang hidup:
"Karena orang-orang yang hidup tahu
bahwa mereka akan mati, tetapi ORANG YANG MATI TAK TAHU APA-APA."
- Pengkhotbah 9:5.
Kematian
adalah seperti tidur tanpa mimpi, sebenarnya, Alkitab menyebut kematian
dengan "tidur" sebanyak 54 kali. Yesus mengajarkan bahwa kematian
adalah seperti tidur. Ia berkata kepada para muridNya:
"LAZARUS,
saudara kita, TELAH TERTIDUR, tetapi Aku akan pergi ke sana untuk membangunkan
dia dari tidurnya. Maka kata murid-murid itu kepadaNya: 'Tuhan, jikalau
ia tertidur, ia akan sembuh.'Tetapi maksud Yesus adalah tertidur dalam
arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam
arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: 'LAZARUS SUDAH
MATI.'" - Yohanes 11:11-14.
Lazarus telah mati
selama 4 hari sebelum Yesus tiba. Namun ketika Yesus pergi ke kuburannya,
Ia membuktikan bahwa adalah mudah bagi Tuhan Allah untuk membangkitkan
orang mati seperti kita membangunkan orang tidur. Ini adalah penghiburan
yang besar bagi kita karena mengetahui bahwa orang-orang kita yang terkasih
yang telah meninggal sedang "tidur", beristirahat dengan tenang
di dalam Yesus. Lorong kematian, yang mungkin akan kita lalui pada suatu
hari nanti, adalah seperti tidur yang damai dan tenang.
5. APAKAH TUHAN ALLAH MELUPAKAN ORANG-ORANG YANG TIDUR DALAM KEMATIAN?
Tidur dalam kematian
bukanlah akhir dari cerita. Di kubur, Yesus berkata kepada Martha, saudara
perempuan Lazarus:
"AKULAH KEBANGKITAN dan hidup; BARANGSIAPA
PERCAYA KEPADAKU, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." - Yohanes
11:25.
Orang-orang yang mati "di dalam Kristus" sedang tidur di dalam
kubur, namun mereka masih memiliki masa depan yang cerah. Dia yang menghitung
setiap lembar rambut di kepala kita dan memegang kita dengan tanganNya
tidak akan melupakan kita. Kita mungkin saja mati dan kembali ke debu,
teapi catatan dari kepribadiannya masih tetap jelas di dalam pikiran
Tuhan. dan ketika Yesus kembali, Ia akan membangunkan orang mati yang
benar dari tidur mereka, sama seperti yang dilakukanNya kepada Lazarus.
"Selanjutnya
kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang
MEREKA YANG MENINGGAL, SUPAYA KAMU JANGAN BERDUKA CITA SEPERTI ORANG-ORANG
LAIN YANG TIDAK MEMPUNYAI PENGHARAPAN... sebab pada waktu tanda diberi,
yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi,
maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan MEREKA YANG MATI DALAM
KRISTUS AKAN LEBIH DAHULU BANGKIT, sesudah itu, KITA YANG HIDUP, yang
masih tinggal, AKAN DIANGKAT BERSAMA-SAMA DENGAN MEREKA dalam awan menyongsong
Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama
dengan Tuhan. KARENA ITU, HIBURKANLAH SEORANG AKAN YANG LAIN DENAN PERKATAAN-PERKATAAN
INI." - 1 Tesalonika 4:13, 16-18.
Pada hari kebangkitan, lorong kematian akan tampak seperti istirahat
singkat.orangyang mati tidak sadar akan berlalunya waktu. Orang-orang
yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka, akan dibangunkan
dari tidur mereka dengan suara yang indarh turun ke dunia.
Pengharapan akan
kebangkitan diiktui dengan pengharapan akan rumah di surga di mana Tuhan
"akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak
akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau
dukacita" (Wahyu 21:4). Orang-orang yang mengasihi Tuhan tidak
perlu takut akan kematian. Di balik itu terdapat keabadian mengalami
kehidupan dengan Tuhan. Yesus "memegang segala kunci maut dan kerajaan
maut" (Wahyu 1:18). Tanpa Kristus, kematian akan menjadi jalan
satu arah yang berakhir dalam kesia-siaan, namun di dalam Kristus, ada
pengharapan yang terang dan bercahaya.
6. APAKAH KITA SEKARANG ABADI?
Ketika
Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka diciptakan sebagai makhluk hidup
yang tidak abadi, yaitu dapat mati. Jikalau saja mereka tetap setia
menuruti kehendak Allah, mereka tidak perlu mengalami kematian. Tetapi
ketika mereka berdosa, mereka menyerahkan hak mereka untuk hidup. Akibat
ketidakpatuhan, mereka menjadi takluk kepada kematian. Dosa mereka membawa
akibta seluruh umat manusia, dan karena semua telah berdosa, kita semua
tidak abadi, takluk kepada kematian (Roma 5:12). Dan tak ada satu petunjuk
pun dari Alkitab yang menunjukkan bahwa jiwa manusia dapat berwujud
sebagai suatu kesatuan yang memiliki kesadaran setelah kematian.
Alkitab tak pernah
sekali pun menjelaskan bahwa jiwa manusia, yang saat ini dikatakan abadi,
atau tak dapat binasa, bukan sasaran dari kematian. Kata Ibrani dan
Yunani untuk "jiwa", "roh", dan "nafas"
muncul di Alkitab sebanyak 1700 kali. Tapi tak pernah sekali pun disebutkan
bahwa jiwa, roh, dan napas manusia adalah abadi. Saat ini hanya Allah
yang memiliki keabadian. Allahlah... SATU-SATUNYA YANG TIDAK TAKLUK
KEPADA MAUT (I Timotius 6:15-16).
Alkitab menyebutkan dengan jelas
bahwa manusia dalam kehidupan ini adalah makhluk hidup yang tidak abadi:
menjadi sasaran dari kematian. Tetapi ketika
Yesus kembali, kita akan mengalami perubahan yang dahsyat.
"Sesungguhnya
aku menyatakan kepadamu suatu rahasia; KITA TIDAK AKAN MATI SEMUANYA,
tetapi KITA SEMUANYA AKAN DIUBAH, dalam sekejap mata, PADA WAKTU
BUNYI NAFIRI
YANG TERAKHIR. Sebab nafiri akan berbunyi dan ORANG-ORANG MATI AKAN
DIBANGKITKAN dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan KITA SEMUA
AKAN DIUBAH. Karena
yang tidak dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa,
dan YANG DAPAT MATI INI HARUS MENGENAKAN YANG TIDAK DAPAT MATI." -
I Korintus 15:51-53.
Sebagai makhluk hidup di saat ini kita tidak abadi.
Tetapi jaminan
Kristen mengatakan bahwa kita menjadi tak dapat binasa ketika Yesus
datang lagi untuk yang kedua kali. Kepastian dari janji keabadian
ditunjukkan ketika Yesus bangkit dari kuburNya;
"MEMATAHKAN KUASA
MAUT... dan MENDATANGKAN HIDUP YANG TIDAK DAPAT BINASA melalui Injil." -
2 Timotius 1:10.
Pandangan Allah akan nasib umat manusia sangatlah
jelas; kematian
abadi bagi mereka yang menolak Kristus dan bersikeras pada dosa-dosa
mereka, atau ketidakbinasaan sebagai sebuah hadiah cuma-cuma ketika
Yesus datang
bagi mereka yang telah menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
7. MENGHADAPI KEMATIAN DARI ORANG YANG DIKASIHI
Ketakutan
yang secara alamiah kita pergumulkan di dalam menghadapi kematian menjadi
semakin menyakitkan ketika orang yang kita kasihi meninggal. Kesepian
dan rasa kehilangan tersebut dapat menguasai kita. Satu-satunya pemecahan
dalam mengatasi penderitaan yang disebabkan oleh perpisahan dengan orang
yang kita kasihi, hanya penghiburan yang hanya dapat diberikan oleh
Kristus. Ingatlah bahwa kekasihmu itu tertidur, dan mereka yang beristirahat
dalam Yesus akan dibangunkan "saat kebangkitan hidup" ketika
Yesus datang.
Allah sedang merencanakan
suatu reuni yang amat indah. Anak-anak akan dikumpulkan kembali kepada
para orang tua yang bersukacita. Para suami dan istri bersatu dalam
pelukan mereka masing-masing. Perpisahan kehidupan yang kejam akan berakhir.
"Maut telah ditelan dalam kemenangan" (I Korintus 15:54).
Sebagian orang terlalu
memikirkan perpisahan tersebut, sehingga mereka berusaha untuk berhubungan
dengan para kekasih yang telah tiada itu melalui sarana spiritual atau
ajaran New Age. Tetapi Alkitab secara khusus memberi peringatan kepada
kita akan hal ini. Dan apabila orang berkata kepada kamu; "Mintalah
petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang berbisik dan komat-kamit,"
maka jawablah;
"Bukankah suatu bangsa patut meminta
petunjuk kepada Allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada
orang-orang mati bagi orang-orang hidup?" - Yesaya 8:19.
Mengapa demikian? Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa orang-orang
mati tidak mengetahui apa-apa. Pemecahan sejati dalam mengatasi penderitaan
akibat perpisahan dengan orang-orang yang dikasihi, hanyalah penghiburan
yang hanya Kristus yang dapat memberikannya. Menyediakan waktu untuk
berhubungan dengan Kristus adalah cara yang paling menyehatkan untuk
bertumbuh melalui masa-masa penuh kesedihan. Ingatlah selalu, tanda
nyata selanjutnya yang ditujukan kepada mereka yang beristirahat di
dalam Kristus adalah suara dari kedatangan Kristus yang kedua kali untuk
membangkitkan orang-orang mati.
8. MENGHADAPI KEMATIAN TANPA GENTAR
Kematian merenggut
segala-galanya dari kita. Tapi satu hal yang tidak dapat direnggut dari
kita adalah Kristus, dan Kristus dapat memperbaiki segalanya kembali.
Kematian tidak akan berkuasa selamanya di dunia ini. Iblis, orang jahat,
kematian, dan kubur akan binasa di dalam lautan api pada kematian kedua
(Wahyu 20:14).
Berikut ini adalah
4 cara sederhana untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut:
(1) Hiduplah dengan pengharapan dan kepercayaan di dalam Kristus, dan
anda akan siap untuk menghadapi kematian kapan pun juga.
(2)Melalui kuasa Roh Kudus, tetaplah setia kepada hukum-hukum Allah
dan kau akan siap akan kehidupan kedua di mana anda tidak akan pernah
mati.
(3) Pandanglah kematian sebagai suatu masa istirahat sesaat yang mana
suara Yesus akan membangkitkan engkau ketika Ia datang kedua kali.
(4) Ingatlah akan penghiburan dari kepastian jaminan Yesus akan rumah
surgawi bersamaNya selama-lamanya.
Kebenaran Alkitab
melepaskan seseorang dari ketakutan akan kematian, karena Alkitab menyatakan
Yesus, Ia yang tidak dapat ditaklukkan oleh maut. Ketika Yesus memasuki
kehidupan kita, Ia memenuhi hati kita dengan kedamaian;
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.
Damai sejahteraKu Kuberika kepadamu... Janganlah gentar dan gelisah
hatimu." - Yohanes 14:27.
Yesus juga memungkinkan bagi kita untuk mengatasi kesedihan karena kehilangan
orang yang dikasihi. Yesus berjalan melalui "lembah kematian,"
Ia mengetahui kelamnya malam yang kita lalui.
"Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging... supaya oleh
KEMATIANNYA Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut,
dan supaya dengan jalan demikian IA MEMBEBASKAN MEREKA YANG SEUMUR HIDUPNYA
BERADA DALAM PERHAMBAAN OLEH KARENA TAKUTNYA KEPADA MAUT." - Ibrani
2:14-15.
Dr.
James Simpson, seorang dokter yang menemukan anesthesia, mengalami kehilangan
yang sangat besar ketika anak tertuanya meninggal. Sebagai layaknya
orangtua ia sangat menderita. Tetapi akhirnya ia menemukan jalan pengharapan.
Pada nisan anaknya ia mengukir kata-kata yang diucapkan Yesus mengenai
penebusanNya; "Akulah kebangkitan dan hidup, barangsiapa percaya
kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang
hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya"
(Yohanes 11:25). Dan Ia berjanji, "Sebab Aku hidup dan kamu pun
akan hidup" (Yohanes 14:19). Kristuslah satu-satunya pengharapan
kita akan kehidupan setelah kematian. Dan ketika Kristus datang lagi,
Ia memberikan keabadian kepada kita. Kita tidak akan pernah lagi hidup
di bawah bayang-bayang kematian, karena kita memiliki kehidupan selama-lamanya.
Sudahkah anda menemukan pengharapan besar ini yang dapat kita gunakan
untuk menghibur diri di saat-saat tergelap kita? Jika anda tidak pernah
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, bersediakah anda melakukannya
sekarang?
Hak Cipta ©
2002 oleh The Voice of Prophecy