Pada Panduan ke-16
kita menemukan bahwa beristirahat pada hari Sabat adalah sebuah penangkal
yang penting dalam kehidupan yang penuh tekanan di jaman sekarang ini.
Karena Tuhan Allah mengerti akan setiap kebutuhan kita , Dia menciptakan
setiap hari ke-tujuh untuk istirahat tubuh dan penyegaran jiwa kita.
Sesudah menciptakan dunia ini dalam enam hari, Tuhan Allah beristirahat
pada hari yang ke tujuh, memberkatiNya dan menyucikanNya (Kejadian 2:1-3).
Ketika
Allah memberikan Sepuluh Perintah kepada umatNya, yaitu bangsa Israel,
Tuhan Allah menempatkan Sepuluh Perintah untuk memelihara hari ke-tujuh
ditengah-tengah hukumNya ( Keluaran 20:8-11). Menurut perintah ini,
hari Sabat adalah peringatan akan kuasa penciptaan Tuhan, suatu hari
untuk berhenti sejenak dan merenungkan keindahan dan keajaiban dari
hasil ciptaanNya, suatu hari untuk bersantai dan mendekatkan diri kepada
Pencipta kita, suatu hari untuk mencari tahu lebih dalam hubungan kita
dengan Dia.
Pada waktu Yesus
hidup sebagai seorang manusia di bumi, Dia juga memelihara hari Sabat
(Lukas 4:16) dan menganjurkan hari itu sebagai suatu hari yang menguntungkan
orang Kristen (Markus 2:27, 28). Beberapa ayat di dalam kitab Kisah
Para Rasul menjelaskan bahwa pengikut-pengikut Kristus berbakti pada
hari Sabat setelah kebangkitanNya (Kisah 13:14, 16:13, 17:2, 18:1-4,
11).
1. SEBUAH PERTANYAAN YANG PENUH TEKA-TEKI
Ini membawa kita
kepada perihal yang membingungkan banyak orang. Dunia orang Kristen
sudah sekian lamanya memelilhara dua hari yang berbeda. Di satu pihak,
banyak orang Kristen secara tulus memelihara hari Minggu, hari pertama
dalam satu minggu, yang mereka yakini sebagai hari peringatan akan kebangkitan
Kristus. Di pihak lain, ada sebuah kelompok besar orang-orang kristen,
yang sama tulusnya, percaya bahwa Alkitab hanya mengakui hari ke-ujuh
sebagai hari Sabat dan tidak diketemukan adanya pengakuan akan kesucian
Minggu.
Apakah ada perbedaannya
tentang hari yang mana yang kita sucikan sebagai hari Sabat? Sebagai
orang yang sungguh-sunngguh tulus dan percaya yang ingin mengetahui
akan kebenaran, kita mesti bertanya kepada diri kita sendiri: Apa yang
penting bagi Yesus? Apa yang diinginkan Yesus agar kita lakukan?
Untuk dapat memutuskan
tentang perihal ini, beberapa faktor penting perlu dijelaskan: Siapa
yang mengubah hari Sabat dari hari Sabtu, hari ke-tujuh dalam satu minggu
ke hari Minggu, hari pertama dalam satu minggu? Apakah Alkitab mengakui
perubahan itu? Jika demikian, apakah Tuhan Allah, Kristus ataukah para
murid Yesus yang membuat perubahan tersebut? Marilah kita melihat semua
kemungkinan yang ada.
2. APAKAH TUHAN ALLAH YANG MENGUBAH HARI ITU?
Apakah
ada pernyataan sebelumnya dari Allah tentang perubahan hari Sabat dari
hari ke-tujuh ke hari pertama dalam satu minggu? Kebanyakan orang Kristen
menerima Sepuluh Perintah sebagai penuntun hidup yang sah yang harus
dipatuhi. Perintah-perintah itu adalah satu-satunya pesan Allah yang
pernah dituliskan secara pribadi untuk umat manusia. Perintah tersebut
sedemikian penting, sehingga Ia menuliskannya di atas batu dengan jari-jariNya
senditi (Keluaran 31:18). Dalam Perintah ke-empat, Tuhan Allah memberi
petunjuk kepada kita:
"Ingatlah
dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya Engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, TETAPI HARI KETUJUH ADALAH HARI SABAT
TUHAN, ALLAHMU; maka jangan melakukan suatu pekerjaan,... Sebab enam
hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi , laut dan segala isinya;
dan Ia BERHENTI pada hari ketujuh. Itulah sebabnya Tuhan memberkati
hari Sabat dan menguduskannya." - Keluaran 20:8-11.
Ketika Tuhan Allah
memberikan Sepuluh Perintah kepada umatNya, Ia juga menjelaskan bahwa
tak seorangpun boleh mengubah atau membetulkan petunjuk yang berasal
dari bibirNya yang suci.
"JANGANLAH
KAMU MENAMBAHI apa yang kuperintahkan kepadamu dn JANGANLAH KAMU MENGURANGINYA,
dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allah nenek moyangmu"
(Bilangan 4:2). Tuhan Allah sendiri menyatakan tidak akan mengubah perintahNya:
"AKU
TIDAK AKAN melanggar perjanjianKu, dan APA YANG KELUAR DARI BIBIRKU
TIDAK AKAN KUUBAH." - Mazmur 89:34.
Alkitab dengan jelas
menyatakan bahwa Tuhan Allah tidak mengubah hari Sabat dari hari ketujuh
enjadi hari pertama di dalam satu minggu.
3. APAKAH YESUS YANG MENGUBAH HARI SABAT?
Menurut Yesus, Sepuluh
Perintah tidak dapat diubah dengan syarat apapun:
"Janganlah
kamu menyangka bahwa Apku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau
kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." - Matius
5:17-18.
Dalam Panduan 16
kita menemukan bahwa kebiasaan Yesus berbakti di sinagog pada hari Sabat
(Lukas 4:16). Kita juga temukan bahwa Yesus menginginkan pengikutnya
untuk terus menikmati kebahagiaan sejati dalam pemeliharan hari Sabat
(Matius 24:20).
Telah jelaslah melalui
ajaran dan teladan Yesus bahwa kita masih membutuhkan hari Sabat untuk
beristirahat, bersantai, dan meluangkan waktu bersama Allah.
4. APAKAH MURID- MURID YESUS YANG MENGUBAH HARI SABAT?
Yakobus, pemimpin
pertama dari gereja Kristen yang mula-mula, menulis tentang Sepuluh
Firman:
"Sebab
barangsiapa yang menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu
bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang
mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan
membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka
kamu menjadi pelanggar hukum juga." - Yakobus 2:10, 11.
Lukas, seorang dokter
dan pengabar Injil dari gereja yang mula-mula, melaporkan:
"Pada
hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai
dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di
situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang
ada berkumpul di situ." - Kisah 16:13.
Buku Kisah Para
Rasul di dalam Perjanjian Baru menyebutkan 84 kali ketika hari Sabat
disucikan oleh pengikut-pengikut Kristus, semuanya berlangsung selama
lebih dari 14 tahun setelah kebangkitan Yesus: dua hari Sabat di Antiokia
(Kisah 13:14, 42, 44); satu di Filipi (Kisah 16:13): tiga di Tesalonika
(Kisah 17:2, 3); 78 hari Sabat di Korintus (Kisah 18:4, 11). Johanes,
rasul yang meninggal terakhir dari kedua belas rasul, memelihara hari
Sabat. Dia menulis:
"Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh
Roh." - Wahyu 1:10.
Menurut
Yesus, hari Tuhan adalah hari Sabat:
"Karena
Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." - Matius 12:8.
Penelitian tentang bukti penulisan
menyatakan bahwa para rasul tidak berusaha mengubah hari istirahat yang
ditentukan Tuhan dari hari ketujuh ke hari
pertama dalam satu minggu. Perjanjian Baru menyebutkan hari pertama
dari satu minggu hanya 8 kali. Tak satupun dari situ yang menyebutkan
bahwa
hari minggu sebagai hari suci, tidak juga disinggung bahwa kita harus
menjadikan hari minggu sebagai hari perbaktian. Suatu pengujian yang
seksama dari
kedelapan ayat yang mengacu kepada hari pertama dalam satu minggu
menunjukkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari Minggu:
1. Perempuan-perempuan datang ke kubur pada hari pertama (Minggu) (Matius
28:1).
2. Ketika hari Sabat telah usai, perempuan-perempuan itu memulai kembali
kegiatan sekularnya pada hari pertama minggu itu.(Markus 16:1, 2).
3. Yesus menampakkan
diri mula-mula kepada Maria Magdalena pada hari pertama minggu itu
(Markus 16:9).
4. Pengikut-pengikut Yesus memulai kegiatan sekularnya pada hari
pertama minggu itu (Lukas 24:1).
5. Maria pergi ke kubur Yesus dan menemukan
kubur itu telah kosong pada hari pertama minggu itu (Yohanes 20:1).
6. Para murid Yesus berkumpul karena mereka takut terhadap orang Yahudi
(bukan untuk berbakti) pada hari pertama minggu itu (Yohanes 20:19).
7. Paulus meminta anggota gereja untuk menghitung keuangan mereka pada
hari pertama dalam minggu itu, dan menyisihkan sejumlah uang untuk orang
miskin di Yerusalem (1 Korintus 16:1, 2). Tulisan itu tidak menyebutkan
adanya kumpulan yang bersifat keagamaan.
8. Di dalam kitab Kisah Para Rasul 20:7 Lukas berbicara tentang khotbah
Paulus pada hari pertama minggu itu ketika diadakan acara perpisahan
yang sifatnya mendadak. Tentu saja Paulus berkhotbah setiap hari dan
rasul-rasul memecahkan roti setiap hari (Kisah 2:46).
Tidak satupun dari tulisan-tulisan ini menyebutkan bahwa para rasul
dengan sengaja berhenti memelihara hari Sabat hari ketujuh. Para rasul
tidak menyebutkan adanya perubahan hari Sabat dari hari ketujuh ke hari
pertama minggu itu. Telah jelas bahwa tidak ada bukti ayat di dalam
Perjanjian Baru yang membuktikan adanya perubahan dari hari Sabtu ,
hari ketujuh dalam minggu itu, ke hari Minggu, hari pertama dalam minggu
itu. Perubahan tersebut muncul setelah masa Yesus dan murid-muridnya,
maka kita harus kembali kepada sejarah untuk melihat kapan dan bagaimana
perubahan tersebut terjadi.
5. DARI MANAKAH ASAL MULA HARI MINGGU ITU?
Murid-murid
Kristus secara jelas mengingatkan kita bahwa sebagian orang Kristen
akan terseret menjauh dari ajaran-ajaran Kekristenan di dalam Perjanjian
Baru: "Sebab itu berjaga-jagalah!" (Kisah 20:29-31). Dan itulah
yang benar-benar terjadi. Ahli-ahli sejarah yang terpercaya secara jelas
mencatat bahwa orang-orang Kristen mulai tersesat dari kemurnian ajaran
para rasul. Tradisi-tradisi dan ajaran-ajaran yang tidak pernah dianjurkan
oleh Paulus, Petrus dan pendiri gereja Kristen lainnya secara bertahap
merasuki gereja.
Perubahan dalam
pemeliharan hari Sabat ke hari Minggu terjadi setelah Kitab Perjanjian
Baru selesai dituliskan dan semua rasul-rasul telah mati. Sejarah mencatat
bahwa orang-orang Kristen akhirnya berpindah berbakti dan beristirahat
dari hari ketujuh ke hari pertama dalam minggu itu. Akan tetapi tentunya
orang-orang percaya tidak berhenti memelihara Sabat hari ketujuh pada
akhir pekan tersebut dan tiba-tiba mulai memelihara hari Minggu sebagai
hari Tuhan. Contoh-contoh otentik mula-mula tentang pemeliharaan hari
Minggu oleh orang-orang Kristen terjadi di Italia, pada pertengahan
abad kedua sesudah Kristus. Selama jangka waktu yang panjang sesudah
itu banyak orang Kristen masih memelihara kedua hari tersebut, sementara
yang lainnya masih hanya menyucikan hari Sabat.
Pada
tanggal 7 Maret, tahun 321 Masehi, Konstantin yang Agung pertama kali
mengeluarkan undang-undang sipil hari Minggu, yang memerintahkan semua,
orang kecuali petani, di wilayah kerajaan Romawi untuk beristirahat
pada hari Minggu. Undang-undang ini, bersama dengan lima undang-undang
sipil lainnya yang dititahkan oleh Kaisar Konstantin mengenai hari Minggu,
menjadi contoh hukum bagi semua undang-undang sipil tentang hari Minggu
mulai dari saat itu hingga sekarang. Di abad keempat, Sidang Laodekia
melarang orang Kristen untuk berhenti bekerja pada hari Sabat, dan berbakti
pada hari Minggu dan sedapat mungkin berhenti bekerja pada hari itu.
Sejarah mencatat
bahwa perbaktian hari Minggu dan pemeliharaannya hanyalah buatan manusia.
Alkitab tidak mengijinkan perubahan peniadaan hari Sabat dari Perintah
keempat. Nabi Daniel meramalkan bahwa selama masa Kekristenan, suatu
kuasa penipu akan mencoba mengubah hukum Tuhan Allah (Daniel 7:25).
6. SIAPA YANG MEMBUAT PERUBAHAN ITU?
Siapakah yang seecara
resmi memindahkan hari Sabat dari hari ketujuh ke hari pertama dalam
minggu itu? Gereja Katolik menyatakan bahwa ialah yang melakukan. Dalam
usaha untuk menyelamatkan kekaisaran Roma yang sedang menuju keruntuhan,
pemimpin-peminpin gereja yang berpengaruh berkompromi dan mencoba mengganti
hari perbaktian dari Sabtu ke Minggu.
Dalam
Katekismus gereja Katolik Roma tertulis:
Tanya: Hari yang mana adalah hari Sabat?
Jawab: Hari Sabtu adalah hari Sabat.
Tanya: Mengapa kita memelihara hari Minggu bukan hari Sabtu?
Jawab: Kita memelihara hari Minggu bukan hari Sabtu sebab Gereja Katolik......memindahkan
kekhidmatan hari Sabtu ke hari Minggu (Peter Geiermann, The Convert's
Catechism of Catholic Doctrine (cetakan tahun 1957), hlm.50.
Gereja Katolik dengan
bangga mengumumkan bahwa manusia pimpinan gereja yang membuat perubahan
itu.
"Hari suci,
hari Sabat, diubah dari hari Sabtu ke hari Minggu... bukan melalui petunjuk-petunjuk
di dalam Alkitab, melainkan dari kekuasaan Gereja.... Orang-orang yang
menganggap bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber kewenangan, secara
logis seharusnya menjadi penganut Masehi Advent Hari Ketujuh, dan menyucikan
hari Sabtu" (Kardinal Maida, dari keuskupan Detroit, Gereja
Katolik St. Catherine di Sentinel, Algonac, Michigan, 21 Mei, 1995).
7. APA YANG DIKATAKAN OLEH SEBAGIAN GEREJA PROTESTAN?
Dokumen-dokumen
resmi yang menjabarkan secara garis besar kepercayaan dari beberapa
denominasi Protestan setuju bahwa Alkitab tidak membenarkan adanya pemeliharan
hari Minggu.
Martin Luther ,
pendiri gereja Lutheran, di dalam buku Pengakuan Ausburg, artikel 28,
paragraf 9, menuliskan: "Mereka (gereja Katolik Roma) diduga keras
telah mengubah Sabat ke hari Minggu, hari Tuhan, yang bertentangan dengan
Sepuluh Perintah Allah,... tidak ada contoh yang lebih dibanggakan selain
pengubahan hari Sabat. Kata mereka, sedemikian besar kuasa dan kewenangan
gereja, karena gereja menghilangkan satu dari 10 Hukum Allah."
Ahli agama dari
aliran Metodis Amos Binney dan Daniel Steele mengamati: "Adalah
benar, tidak ada perintah yang positif tentang membaptiskan bayi...
juga tidak ada tertulis tentang menyucikan hari pertama dalam minggu
itu," Theological Compend (New York: Methodist Book Concern,
1902), hlm. 180,181.
Dr. N. Summerbell,
ahli sejarah tentang Para Murid Kristus dan Gereja Kristen, menuliskan:
"Gereja Katolik Roma telah benar-benar murtad... mereka membalikkan
Hukum keempat dengan cara menyingkirkan hari Sabat yang difirmankan
Tuhan, dan menggantinya dengan hari Minggu sebagai hari kudus",
A True History of the Christian and Christian Church, hlm. 417,
418.
8.APAKAH PERMASALAHAN YANG SEBENARNYA?
Ini membawa kita
berhadapan secara langsung kepada pertanyaan-pertanyaan: Mengapa begitu
banyak orang Kristen memelihara hari Minggu tanpa kewenangan Alkitab?
Bahkan yang lebih penting lagi, Hari yang manakah yang harus saya sucikan?
Apakah saya akan mengikuti orang-orang yang berkata, "Saya kira
tidak ada bedanya hari yang mana yang disucikan sepanjang saya memelihara
satu hari dalam tujuh hari tersebut?"
Atau,
akankah saya menganggap sama pentingnya hari yang ditetapkan oleh Yesus,
Pencipta kita, ketika Dia menciptakan dunia ini, dan hari yang ditunjukkan
Tuhan Allah di dalam Sepuluh PerintahNya: "hari ketujuh adalah
hari Sabat?" Di sini kita berurusan dengan lebih dari sekedar pemeliharaan
yang tampak dari luar, tetapi hari mana yang menurut Alkitab adalah
benar. Permasalahan yang mendasar di sini adalah penurutan kepada Yesus.
Pencipta kita menyisihkan hari Sabat sebagai hari yang suci, sebagai
waktu untuk kita dan keluarga untuk datang lebih dekat kepadaNya untuk
mendapatkan kekuatan dan penyegaran. Siapa yang akan saya turuti? Apakah
saya akan mengikuti Kristus, Anak Allah, ataukah tradisi manusia dalam
hal penyucian hari? Pilihannya sudah jelas: ajaran- ajaran manusia atau
perintah Allah. Perkataan manusia atau Perkataan Allah. Penggantian
oleh manusia atau Perintah Tuhan.
Nabi Daniel memperingatkan
kepada mereka yang berusaha mengubah waktu dan hukum-hukum Allah (Daniel
7:25). Allah sedang memanggil umatNYa kembali kepada penurutan. Dia
mengundang mereka untuk memelihara Sabat sebagai lambang dari penurutan
dan cinta kepadaNya.
Yesus mengatakan,
"Jikalau engkau mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu"
(Yohanes 14:15). Dan Dia menjanjikan hidup yang penuh sukacita bagi
mereka yang cukup mengasihi Dia sehingga bersedia menuruti hukum-hukumNya
(Yohanes 15:9-11). Kita mempunyai Juruselamat yang baik. Dia rindu agar
kita merasakan kasihNya dengan utuh. Hati yang penuh ketaatan membuka
lebar pintu hatinya kepada kasih itu.
Di taman Getsemani
Kristus menyerah sepenuhnya kepada keinginan BapaNya, sekalipun Dia
dihadapkan dengan salib dan dosa-dosa dunia menghancurkan hidupNYa.
Dalam seruanNya kepada Bapa, "Ambillah cawan ini daripadaKu",
Dia tetap menyerah dalam permintaanNya, dan menambahkan, "tetapi
janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki"
(Markus 14:36).
Kristus rindu supaya
kita mengalami kesempurnaan yang datang dari hidup yang berserah. Dia
juga menginginkan agar kita dapat menikmati kebahagiaan istirahat pada
hari Sabat. Dia ingin supaya kita cukup percaya kepadaNya sehingga kita
menuruti Dia di dalam setiap langkah kehidupan kita. Jika anda menjawab
panggilan Tuhan dan menuruti segala perintahNya, anda akan mendapatkan
janji Yesus sehingga sukacitaNya "ada di dalam kamu" dan "sukacitamu
menjadi penuh" (Yohanes 15:11).
Hak Cipta ©
2002 oleh The Voice of Prophecy